Pepatah Lukman Kepada Anaknya

Oleh : Indra Budiman.

Beberapa ajaran yang diungkapakan oleh sayid Lukman kepada anaknya, sebagaimana yang dikutif oleh Wahab bin Manbah, bahwa isi hikmah Lukman yang terdiri lebih dari seratus bab, antara lain dalam bentuk wasiat, dan bimbingan (irsyad) kepada anaknya, dan kepada orang lain yang karena kedekatan dan kasih sayangnya diawali ungkapan "Wahai anakku", yaitu:
(1)   Wahai anakku! Banyak bergaullah bersama ulama, sebab Allah menghidupkan hati-hati manusia dengan hikmah, seperti halnya Allah menghidupkan bumi dengan air hujan dari langit.
(2)   Wahai anakku! Hindarilah kemiskinan melalui usaha yang halal, karena jika seseorang itu fakir, maka dia akan memperolah tiga ujian. Pertama, lemah rasa keagamaannya. Kedua, lemah daya pikirnya, dan ketiga hilang harga dirinya. Dan yang paling ngeri dari ujian kefakiran itu adalah dilecehkan oleh orang banyak.
(3)   Wahai anakku! Ayahanda berwasiat kepada ananda dengan delapan perkara:
1.      peliharalah hatimu dikala sehat.
2.      peliharalah pandangan matamu dari mengagumi rumah orang lain.
3.      peliharalah lidahmu disaat bergaul dengan orang banyak.
4.      jagalah perutmu dari makanan yang tidak halal.
5.      ingatlah akan dua hal (kesedihan dan kegembiraan masa datang)
6.      lupakan akan dua hal (kesedihan dan kegembiraan masa lalu)
7.      selalu ingat kepad Allah, dan kepastian kematian yang akan dialami.
8.      lupakanlah kebaikanmu kepada orang lain dan kejelekan orang lain kepadamu.
(4)   Wahai anakku! Jadikanlah taqwa sebagai dagangmu yang akan mendatangkan keuntungan bagimu tanpa barang dagangan
(5)   Wahai anakku! Hadirilah jenazah, dan jangan menghadiri pesta perkawinan, sebab menghadiri jenazah akan mengingatkan akan hari akhirat, sedangkan menghadiri pesta perkawinan akan membantu cinta kemewahan duniawi.
(6)   Wahai anakku! Hendaklah ananda malu dengan suara ayam jantan dikala sahur, sementara ananda tidur nyenyak.
(7)   Wahai anakku! Janganlah menangguhkan taubat, sebab kematian dating tanpa memberi tahu terlebih dahulu.
(8)   Wahai anakku! Jangan menghiraukan keciantaan orang bodoh terhadapmu, karena tidak akan menambah ilmu kepadamu.
(9)   Wahai anakku! Bertaqwalah kepada Allah, dan jangan memandang manusia bahwa  ananda  takut  kepadanya  agar  manusia menghormatimu lantaran kau keta
kutan, sementara hatimu diliputi kejahatan.
(10)     Wahai anakku! Jangan menyesali hilangnya kesempatan bicara, sebab jika berbicara bagaikan perak, maka sesungguhnya diam adalah emas.
(11)     Wahai anakku! Menyingkirlah dari kejelekan, sebab kejelekan akan melahirkan banyak kejelekan lain.
(12)     Wahai anakku! Jangan mengutus orang bodoh untuk mewakilimu, jika ananda tidak mendapatkan orang bijak untuk mewakilimu, maka dirimulah sendiri menjadi utusan.
(13)     Wahai anakku! Janganlah kau memilih dengan pasangan berbeda visi dan misi, sebab akan berbuat ananda menyesal sepanjang jaman.
(14)     Wahai anakku! Hati-hatilah dan hindarkanlah dirimu dari wanita yang tidak bermoral, sebab wanita itu akan membuat kau cepat berubah.
(15)     Wahai anakku! Hati-hatilah jika datang kepadamu suatu situasi yang tidak menyenangkan pandangan kearifan.
(16)     Wahai anakku! Jangan memakan makanan kecuali untuk bekal taqwa kepada Allah dan musyawarahkanlah segala urusanmu kepada ahlinya.
(17)     Wahai anakku! Janganlah mengerjakan sesuatu yang ananda sendiri belum mengetahuinya, kecuali ananda telah mengamalkan terlebih dahulu sesuatu yang ananda ketahui.
(18)     Wahai anakku! Jika ananda akan menjalin persaudaraan dengan seseorang, maka bencilah orang itu terlebih dahulu, dan jika ia tidak marah atas kebencianmu, barulah ia jadikan temanmu, dan jika tidak tinggalkanlah ia dengan arif bijaksana.
(19)     Wahai anakku! Ayahanda telah bekerja berat meratakan tanah dan memikul besi, tapi hal itu tidak lebih berat ketimbang menghadapi tetangga yang jahat. Dan ayahanda telah merasakan segala kepahitan, tetapi tidak ada yang lebih pahit kecuali kefakira.
(20)     Wahai anakku! Sesungguhnya tatkala ananda lahir ke dunia ini, maka hal itu adalah sedang meninggalkannya menuju akhirat. Oleh karenanya, maka jadikanlah perjalanan ananda menuju kediaman akhirat, jangan menuju kediaman dunia yang akan ananda tinggalkan.
(21)     Wahai anakku! Basahilah lidahmu dengan terus menerus tiada henti berdzikir kepada Allah, sebab Allah memiliki saat pengabulan permohonan hanba-Nya.
(22)     Wahai anakku! Berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu, sebab keduanya siang malam menderita dan kebingungan mengurus ananda.
(23)     Wahai anakku! Sesungguhnya kehidupan ini laksana lautan yang mendalam, sudah banyak orang tenggelam, maka jadikanlah taqwa sebagai kapalmu, keimanan sebagai isinya, dan tawakal kepada Allah sebagai layarnya agar ananda selamat sampai ke pantai tujuan.
(24)  Wahai anakku! Telitilah setiap majelis pertemuan orang-orang melalui observasi langsung, jika ditengah-tengahnya ditemukan adanya aktivitas dzikir kepada Allah, maka hendaklah ananda bergabung bersama mereka, sebab jika ananda berilmu, maka akan bertambahlah ilmu itu, dan jika ananda belum tahu maka majelis itu akan memberikan pengetahuan ananda. Dan Allah SWT akan menurunkan rahmat-Nya kepada mereka yang berdzikir kepada-Nya.
(25)  Wahai anakku! Janganlah menggabungkan diri dalam majelis yang tidak berdzikir kepada Allah, sebab hal itu tidak akan menambah ilmu yang ananda milikidan akan menambah ketidaktahuan ananda jika ananda tahu. Dan Allah menurunkan murka-Nya terhadap majelis orang-orang tersebut.[1]




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROPOSAL PEMILIHAN KETUA RW

Proposal Khitanan Massal dan Tabligh Akbar

Penyerahan calon panganten pamegeut