Strategi dan tujuan Pembelajaran

Oleh : Indra Budiman
1.       Strategi dan Tujuan Komunikasi dalam Kegiatan Pembelajaran
Membangun komunikasi yang efektif sudang barang tentu harus bisa meminimalisir noise yang kemungkinan terjadi. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan strategi komunikasi. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
Demikian pula dengan strategi komunikasi dalam kegiatan pembelajaran merupakan panduan perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bias berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.
Salah satu tujuan sentral komunikasi adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh R Wayne Pace, Brenit D. Peterson dan M. Dallas Burnett dalam bukunya, Techniques for Effective Communication, adalah to secure understanding, yaitu memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimanya itu harus dibina. Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan.
Wilbur Schramm (Onong Uchjana, 1993: 41-42) manampilkan apa yang ia sebut “The condition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan.
2.  Pesan harus menggunakan lambing-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga sama-sama mengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Selain itu, Hovland, Jenis dan Kelley (Effendy, 1993) menjelaskan, bahwa subtansi dari proses komunikasi adalah bagaimana menumbuhkan sikap baru pada diri komunikan. Oleh karena itu, pengemasan materi harus banyak memperhatikan perhatian, pengertian dan penerimaan dari komunikan sebagai sasaran komunikasi.
Dari kedua pendapat tersebut mengandung satu pengertian, bahwa seorang komunikator – dalam hal ini guru – harus mampu mengemas pesan dengan baik, menampilkannya dengan gaya-gaya yang inovatif dan sensasional dengan memanfaatkan berbagai media yang sesuai dengan kehendak komunikan atau siswa.

2.       Tinjauan Masalah
Ada beberapa permasalahan yang sering terjadi dalam kegiatan komunikasi dalam pembelajaran di sekolah-sekolah, diantaranya:
1.   Kurangnya pemahaman guru kelas dalam menciptakan strategi komunikasi yang efektif pada kegiatan pembelajaran. Hal ini terlihat dari hasil observasi, yang menemukan guru terus melanjutkan pembelajaran walaupun siswa sudah tidak konsentrasi dalam belajar.
2.   Kurang terbangunnya kultur pembelajaran yang efektif. Dari hasil observasi siswa tidak disiplin dan cendrung liar dalam pembelajaran. Data ini diperkuat dari hasil penyebaran angket kepada siswa, sekitar 60 % siswa mengatakan tidak nyaman berada di dalam kelas dan siswa tidak tertib dalam mengikuti pembelajaran.
3.   Kurang komitmen guru dalam melaksanakan prosedur pembelajaran. Dari hasil pemantauan guru banyak membiarkan siswa melanggar aturan. Hal ini diperkuat oleh hasil penyebaran angket kepada siswa yang ditemukan sekitar 80 % siswa tidak mengetahui akan prosedur pembelajaran.
4.   Perangkat prosedur pembelajaran yang tidak memadai yang menyebabkan siswa kurang disiplin.
5.   Hasil pembelajaran siswa kurang memuaskan.
Dari permasalahan di atas, pada prinsipnya ada tiga permasalah mendasar. Pertama, permasalah yang muncul dari pribadi guru, yaitu kualitas pemahaman dan tindakan guru dalam membentuk kultur pembelajaran yang kurang optimal. Kedua, perangkat penunjang kesuksesan terciptanya kultur pembelajaran yang kondusif kurang terbangun. Dan ketiga, permasalahan yang muncul dari siswa, yakni kediplinan siswa dalam mematuhi prosedur pembelajaran belum terwujud dengan baik. Ketiga permasalahan ini penulis pikir diantara penyebab kekurang berhasilan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

3.       Membangun Kultur Pembelajaran yang Kondusif sebagai Upaya Membangun Strategi Komunikasi yang Efektif dalam Proses Pembelajaran

Setelah meninjau beberapa permasalahan yang dihadapi dan mempelajari kajian teori, maka menciptakan kultur pembelajaran yang kondusif sudah menjadi keharusan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir noise atau gangguan dalam pembelajaran yang bisa menghambat komunikasi dalam kegiatannya. Akan tetapi, karena permasalahannya cukup kompleks, yakni datang dari guru, siswa dan perangkat komunikasi, maka tindakan yang hurus diambil memerlukan beberapa tahapan yang sistematis, agar semua sasaran permasalahan bisa dipecahkan. Setidaknya memerlukan tiga tahapan. Di bawah ini adalah tiga tindakan yang ditawarkan penulis dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang ada.

4.      Tiga Tindakan sebagai Strategi Membangun Kultur Pembelajaran yang Kondusif
1.           Tindakan pertama,  bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada guru kelas akan pentingnya kultur pembelajaran yang kondusif guna tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Inti materinya adalah memberikan wawasan akan strategi komunikasi dalam pembelajaran kepada guru agar pembelajaran berlangsung secara efektif. Maka langkah yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut adalah mengadakan pendidikan dan latihan (diklat) singkat untuk guru kelas.
2.       Tindakan kedua,bertujuan untuk menciptakan perangkat-perangkat prosedur pembelajaran dalam upaya membentuk kultur pembelajaran yang kondusif. Dalam pelaksanaannya, guru bersama-sama seluruh siswa duduk bersama untuk merumuskan berbagai prosedur dalam melaksanakan seluruh kegiatan pembelajaran di sekolah.
Tindakan ketiga, bertujuan untuk mempraktikan prosedur yang telah disepakati dalam siklus ke dua. Bentuk kegiatannya adalah simulasi pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROPOSAL PEMILIHAN KETUA RW

Proposal Khitanan Massal dan Tabligh Akbar

Penyerahan calon panganten pamegeut